SMPN 15 Yogyakarta menggelar Workshop Pengembangan Kurikulum pada Senin, 7 Juli 2025, sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pembelajaran dan penguatan kapasitas profesional guru. Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Titik Sutandi, M.Ed. dan Fadjar Noer Hidayat, M.Ed., dengan dua topik utama yang relevan dengan kebutuhan pendidikan masa kini, yaitu Inkuiri Kolaboratif dan Kemampuan Artifisial.
Sesi pertama yang dibawakan oleh Titik Sutandi, M.Ed membahas secara mendalam tentang pendekatan Inkuiri Kolaboratif. Inkuiri kolaboratif adalah proses sistematis dan reflektif yang dilakukan secara tim untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui identifikasi masalah, perancangan solusi, pelaksanaan, hingga evaluasi dan perbaikan berkelanjutan. Pendekatan ini menempatkan guru sebagai pembelajar aktif yang bekerja sama dalam pengambilan keputusan berbasis data dan bukti.
Beberapa prinsip penting yang mendasari inkuiri kolaboratif di antaranya adalah kolaborasi yang setara dan bermakna, budaya profesional yang terbuka dan reflektif, struktur yang fleksibel, fokus pada hasil belajar murid, pembelajaran berkelanjutan di tempat kerja, serta responsivitas terhadap konteks sekolah. Pada pelaksanaannya, inkuiri kolaboratif mengikuti siklus empat tahap: identifikasi masalah (assess), perancangan solusi (design), pelaksanaan (implementation), dan evaluasi serta refleksi (measurement, reflect, and change). Melalui diskusi reflektif tim, para guru diajak untuk merumuskan permasalahan aktual di kelas dan merancang solusi nyata yang dapat langsung diterapkan.
Sesi kedua dilanjutkan oleh Fadjar Noer Hidayat, M.Ed yang memperkenalkan topik Kemampuan Artifisial (KA) dalam konteks pendidikan. Beliau menjelaskan perbedaan antara KA dan kecerdasan manusia, serta membagi KA ke dalam tiga subkategori utama, yaitu Artificial Superintelligence (ASI) yang melampaui kecerdasan manusia, Artificial General Intelligence (AGI) yang setara dengan manusia dalam berbagai tugas, dan Artificial Narrow Intelligence (ANI) yang terbatas pada tugas-tugas khusus seperti pengenal wajah atau rekomendasi otomatis.
Para peserta juga diajak mengenal berbagai macam kemampuan artifisial, termasuk KA Generatif yang mampu menciptakan konten seperti teks, gambar, bahkan kode pemrograman. Pada sesi praktik, guru mencoba langsung menggunakan situs berbasis AI untuk coding sederhana, sebagai salah satu bentuk pengenalan terhadap teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Workshop ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi seluruh guru di SMPN 15 Yogyakarta. Selain memperluas wawasan mengenai pendekatan kolaboratif dalam pengembangan kurikulum, para guru juga memperoleh pemahaman awal tentang bagaimana teknologi kecerdasan buatan dapat mendukung pembelajaran yang lebih kontekstual dan relevan dengan kebutuhan zaman. (Erika)